Banyak cara dilakukan untuk promosi, seperti halnya studio rekaman My September Record yang hadirkan record live “Jamming Nyore” pinggir danau di Karawang.
Salah satu Founder My September Record Aditya Nugraha atau dikenal
juga dengan nama Radit Bilqis mengungkapkan event musik “Jamming Nyore” adalah bagian dari pengenalan studio rekamannya kepada para musisi atau pelaku musik di Karawang dan sekitarnya melalui konsep recording live.
“Recording live audio sendiri adalah untuk mengenalkan bahwa rekaman itu tidak selalu harus di dalam studio, rekaman pun bisa dilakukan di luar dari studio, dan bisa dilakukan secara live di panggung atau tempat yang lainnya, baik itu secara indoor maupun outdoor,” kata Adit saat kegiatan jamming sore berlangsung pada Minggu (15/12/2024) kemarin di Danau Cinta Eco Resort.
Saat pantauan di lokasi, ada 11 band yang tampil antara lain Urarig sebagai band pembuka, kemudian Reiwa, Torch, Mutasi, Tamoor, Numbhatenumb, Sembilanpersen, Lingkar Cendala, The Rice, September Music, dan Karinding Awak.
Selain itu, banyak musisi senior Karawang turut hadir memeriahkannya. Seperti Forum Musisi Karawang, Rental Band 21, Panji Guruh dan banyak lagi yang lainnya.
“Bagi kami, kehadiran musisi senior merupakan sebuah kehormatan, karena bisa menunjukkan support bagi perkembangan musik lokal Karawang untuk lebih maju dan bisa bersaing di tingkat nasional,” tegasnya.
Adapun, grup musik yang ikut dalam jamming nyore merupakan grup musik yang mendaftar recording live.
“Untuk band yang terlibat itu daftar semua,“ sahut Adit.
Sementara itu kata Adit, tujuan recording live juga untuk bahan portofolio bagi grup musik.
“Tentunya, hasil dari visualnya sendiri itu bisa dijadikan untuk portofolio untuk para band-band tersebut, karena portofolio band itu sangat penting adanya, agar mereka memiliki data, baik itu secara audio maupun visual,” tegasnya.
Apalagi ia memilih tempat atau lokasi yang layak untuk bisa dijadikan daya tarik dalam recording livenya.
“Kami memilih lokasi Daci Eco Resort ini tentunya memiliki view yang bagus ada danau dan lapang yang luas juga tempatnya nyaman untuk bisa dijadikan area jamming nyore,” ujarnya.
Di akhir wawancara ia juga menjelaskan untuk paket record atau rekaman dihargai 1,2 juta pershift.
“Jadi per shift itu Rp 1.200.000,” pungkasnya. (YFS)
Comments
Lahirkan Format Baru: Reiwa Bakal Bombardir Doomsday Open Air Festival
Menuju perhelatan Doomsday, Reiwa luncurkan format baru yang bakal membombardir stage nanti.
Rebing sebagai vocalist mengatakan bahwa Reiwa bakal luncurkan tiga single untuk EP terbaru di Doomsday.
“Iya, khusus Doomsday khusus lagu baru semua, benar-benar baru sekalian kenalin ini tuh Reiwa, identitas yang sekarang ini, formasinya ini,” katanya saat diwawancarai di sela latihan.
Sembari menyiapkan alat-alat musik untuk latihan, squad Reiwa mengisahkan kebanggaannya bisa tampil di Doomsday.
“Jadi gimana ceritanya, Reiwa bisa jadi line up di Doomsday?.” tanya tim Bvckle Smiggle di awal pertemuan dengan Reiwa.
“Berawal dari informasi dari Topan untuk ikutan submission acara Road To Distorsi Musik Keras di Karawang, dan dari hasil kurasi dari beberapa band, Reiwa yang terpilih untuk main di acara puncak event tersebut,” celetuk Septian Satriani a.k.a Iyang gitaris Reiwa.
Bahkan, Rebing mengakui tidak menyangka Reiwa bisa menjadi line up di Doomsday, karena lolos kurasi Road To Distorsi Musik Keras di Bogor kemarin dirasa sudah cukup puas. Tanpa diduga, pihak brand rokok tersebut secara langsung ngontek Iyang mengundang Reiwa untuk tampil kembali di acara Doomsday Open Air Festival. Salah satu event musik underground besar yang diselenggarakan tiap tahun di Bandung.
“Dari teman-teman tidak ada yang menyangka karena niatnya hanya ingin ngeband aja, dan mikirnya gak ada orang dalem juga. Yang kedua si Reiwa sendiri masih dibilang baru secara bandnya, bukan personilnya. Kalo personilnya mungkin Iyang, Dadang, dan Wali orang-orang lama!”.
Terbentuknya Reiwa
Reiwa lahir tahun 2019, dengan inisiasi dari Ryan Vidia Ex Bassist dari Reiwa, kata Reiwa sendiri diambil dari negeri matahari terbit atau dimaknai dengan istilah era baru dengan menjunjung tinggi nilai nilai kebudayaan serta perdamaian. Singkatnya Reiwa adalah implementasi hasil dari evaluasi internal pada masa Heisei.
Seiring berjalannya waktu, Reiwa mulai menggandeng sosok gitaris bernama Septian Satriani atau Iyang dan mulai meluncurkan single pertamanya berjudul “Hemodialysis" dengan konsep Instrumental. Kemudian, Reiwa mulai melengkapi instrumentalnya dengan mengajak Dadang Suhendar sebagai drummer dan Abdul Wali sebagai gitaris pendamping.
Tidak puas dengan instrumental, Reiwa akhirnya menarik Dendi Alamsyah a.k.a Rebing sebagai front man alias vocal . Dan lahirlah single kedua berjudul "Hanana" dan ketiga berjudul "Last Dance" lalu ditutup oleh lagu berjudul “Ace" dan kini bisa dinikmati di seluruh platform musik.
Format dan Materi terbaru Reiwa
“Ngomong-ngomong soal lagu barunya boleh gak spill dikit tema yang akan dibawakan dalam liriknya?” tanya kami sembari nongkrong malam lalu di basecamp mereka.
“Jadi sebenarnya sejak awal tahun 2024 materi sudah dipersiapkan karena ngeliat konflik horizontal yang mulai semakin menggila.”, lanjut Rebing “Urang (Saya) mah lirik, kalo musiknya baru Iyang yang buat.”
Dari penuturan Rebing, liriknya ditorehkan atas keresahan pribadi melihat apa yang terjadi.
“Intinya itu dari keresahan pribadi gitu kan, tentang keadaan, terus ya udah urang luapin dilirik. Kalau misalkan dari cara produksi lagunya si Reiwa mulai dari aransemen. Dari Iyang dilempar ke kita gitu kan para personal terus urang sebagai penulis ya tinggal nyari notasi kalau misakan ada part-part yang emang ada kayanya harus dipoles dikit, paling diriungin lagi. Tapi yang jelas aransemen dulu, baru notasi,” jelas Rebing.
Bocoran dari Rebing, lagu yang siap bombardir Doomsday besok berjudul Anosmia Empati yang mengisahkan fasisme terhadap kaum proletar.
“Anosmia Empati mah sebenernya lebih ke arah spesifiknya buat ke orang-orang fasis, jadi buat para pemangku kebijakan yang buta dan tuli terhadap kaum-kaum proletar,” ucapnya.
Saat ditanya soal ketertarikannya soal isu sosial dan politik, Rebing menjelaskan bahwa di EP ini sekadar tematik saja.
“Kayaknya engga sih, ini sebagai portal pembuka aja lebih ke arah pengenalan mungkin ya. Tapi yang jelas pasti ada arah kesana cuman ga dibikin lebih spesifik ke EP yang sekarang,” tuturnya menambahkan.
Selain lagu Anosmia Empati, dua lagu barunya berjudul Bigot dan Fundamental. Menurut Rebing kembali, tiga single di EP ini merupakan satu kesatuan atau trilogi.
“Nah si lagu itu teh semuanya saling berkaitan, semacam trilogi,” terangnya.
Tiga materi ganas pada EP ini merupakan amunisi baru Reiwa dihadapan para pecinta musik keras di Doomsday. Bocorannya selain membawakan tiga lagu baru mereka, juga membawakan dua lagu cover untuk memanaskan Bandung dipagi hari nanti.
“Yaa, sekalian rebranding, gitulah!”
Diakhir wawancara, Reiwa berharap bisa memberikan tampilan terbaik dan memuaskan para audience nanti besok Minggu yang perhelatannya akan diselenggarakan di Lapangan Pusenif, Bandung.
“Pokoknya yang jelas si Reiwa bakal lebih proper, beda, dan akan lebih keras lagi. Semoga puas dengan amunisi baru kami,” tegas Reiwa.
Jadi gimana, apa kalian juga tidak sabar melihat penampilan Reiwa nanti? Sampai ketemu besok yaaa!! —hell yah\m/