CATEGORIES:

Almamosca dan Rilisan Barunya  “Menghitung Langkah Nihil”

Categories: Music

Share
“Angkat kepalamu yang tinggi lantangkan kebebasan pada dunia yang sinting, tetap menghitung langkah nihil rapatkan barikade perlawanan hulu hilir.” 

Penggalan di atas adalah sarilagu dari pesan yang disampaikan oleh Rapper asal Karawang, Almamosca dalam lagu terbarunya berjudul “Menghitung Langkah Nihil”.

Almamosca atau sering disapa Oca ini menjadi salah satu rapper puan yang aktif merilis lagu yang bernuansa aktivisme. Seperti halnya di lagu-lagu sebelumnya, lagu “Menghitung Langkah Nihil” ini Almamosca seolah memberikan sebuah realitas tentang gambaran perjalanan sebuah pergerakan yang dianggap sebuah ketidakmungkinan atau nihil tapi tetap harus bertahan untuk terus berjuang menuntut keadilan. Bahkan hal itu bisa terlihat dari MV nya dengan mengangkat tragedi Kanjuruhan yang hingga saat ini para keluarga korban belum mendapatkan keadilan.

Dalam garapan lagu terbarunya, Oca dibantu oleh dentuman pattern ala Dirayha mengajak kepala kembali mengangguk untuk menikmati musik sambil mengulas lirik cadas Almamosca.

“Bakar nyala jiwa bak bara di gedung jaksa” sebagai penggalan bar awal pengingat peristiwa kebakaran gedung kejaksaan yang motifnya masih janggal. Di sisi lain, Almamosca mengajak untuk membangun semangat kemandirian. Disusul beberapa penggalan lain seperti “Dilengkapi manisnya janji capres tiap pemilu”, hingga “Derita bukanlah akhir yang harus ditolong, semua sistematik dijalankan sesuai poros”, Almamosca menggambarkan kemuakan terhadap bobroknya demokrasi dan kemiskinan struktural. Pada bar akhir, ia menegaskan prinsip-prinsip egaliter dan kebanggaannya pada orang-orang yang mempunyai kebebasan atas dirinya sendiri. Meski sarat makna, Almamosca tetap berhasil mengemas lagu ini dengan tekniknya yang khas.

Congratulation! untuk single terbaru dari Almamosca yang baru saja rilis dan sudah bisa didengar diseluruh platform officialnya. Semoga terus membawa semangat baru untuk menyalakan kembali api-api komunal yang mulai redup. Rencananya, Almamosca akan memulai merangkai album keduanya.

Di Balik Panggung Efek Rumah Kaca 
Dari Larangan Tampil Hingga Intimidasi

Categories: NEWS

Share
Bagi penggemar musik indie Indonesia nama grup musik Efek Rumah Kaca (ERK) sudah tidak asing terdengar. Lahir tahun 2001 di Jakarta, grup musik yang membawa nuansa aktivisme ini akhirnya mampu diterima sebagai salah satu band indie populer di Indonesia.

Asal Mula Efek Rumah Kaca 

Mengutip wikipedia, pada tahun 2001, Cholil Mahmud bersama Adrian Yunan Faisal, Hendra dan Sita membuat sebuah band. Akbar Bagus Sudibyo baru ikut masuk setelah diperkenalkan oleh teman mereka. Dua tahun kemudian, Hendra dan Sita keluar dari band karena kesibukkan masing-masing.[2]Setelah berganti nama menjadi Hush dan Superego, akhirnya mereka memutuskan memakai nama Efek Rumah Kaca. Kemudian tahun 2007, mereka merilis album pertama mereka, Efek Rumah Kaca yang terjual lebih dari 5.000 kopi.

Setahun selanjutnya, ERK merilis album keduanya berjudul “Kamar Gelap” dirilis pada tanggal 19 Desember 2008. Album ini merilis 3 singel yaitu Kenakalan Remaja di Era Informatika, Mosi Tidak Percaya dan Balerina. Album ini mendapatkan penghargaan pada Indonesia Cutting Edge Music Awards 2010 untuk The Best Album dan Kenakalan Remaja di Era Informatika untuk Favorite Alternative Song. Lalu, pada tahun 2017 
Adrian, bassist ERK yang juga sebagai salah satu pendiri Efek Rumah Kaca, mengalami kebutaan total dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari Efek Rumah Kaca dan pada tahun yang sama, ia juga mengeluarkan album solo yang ber-genre pop folk, Sintas.

ERK bisa dikatakan sukses menarik perhatian publik melalui karyanya. Namun, ada hal tidak pernah diketahui banyak penggemar ERK, bahwa lagu-lagu yang bernuansa aktivismenya telah membawa ERK kepada kondisi yang bisa dikatakan “berbahaya”.

Bassis ERK Poppie Airil kepada bvcklesmiggle.com berkisah bahwa ERK pernah mengalami hal tidak menyenangkan.

“Kalau beberapa kejadian ada, saat di undang di Mata Najwa waktu itu cover story Kanjuruhan terus kami main di GBK kami bawain dua lagu Seperti Rahim Ibu dan Putih, sebenernya Putih tentang ada dan tiada, kematian dan kelahiran. Kami bawain setengah partnya aja.  Dari itu ada yang membuntuti dan seseorang tidak dikenal bertanya-tanya ini ERK siapa?,” ujar Poppie Airil saat diwawancarai usai mengisi diskusi di salah satu kafe di Karawang, pada 22 Oktober lalu.

Selain itu, ia juga mengakui bahwa Kios Ojo Keos yang menjadi bagian ruang pergerakannya tak luput diintai oleh beberapa orang yang tidak dikenal.

“Kios Ojo Keos yang memang sering membuat acara diskusi buku dan membahas aktivisme juga tidak luput dari pantauan seseorang yang mengaku dari kepolisian,” terangnya.

Adapun pertanyaan kepolisian tersebut seputar aktivitas di Kios Ojo Keos. “Kepolisian nanyanya ini tempat apa? Suka bikin apa?,” bebernya.

Bahkan ERK pernah tidak diperbolehkan tampil saat berada dalam kegiatan Aksi Kamisan.

“Kami sempat dilarang tampil oleh aparat di Aksi Kamisan,” katanya.

Akan tetapi lanjutnya, hal tersebut tidak membuat ERK mengubah gerakannya untun tetap membawa nuansa aktivismenya.

“Kenapa kami membawakan lagu kritik sosial dan politik karena memang itu keseharian yang kami alami, apalagi Mas Cholil ini boardnya di Kontras,” pungkasnya.

4 Kali Masuk Nominasi AMI Award Bless The Knights Hadirkan Knight League Part 2 

Categories: NEWS

Share
Skena metal kembali diguncangkan oleh Bless The Knights yang berturut-turut lagu-lagunya masuk nominasi Anugerah Musik Indonesia (AMI) award sebagai Best Metal Action 2024. Perihal itu, Bless The Knights merayakannya dengan menghadirkan Knight League ke-2 di New Viva Entertainment (NVE) Cinere, Depok.

Bless The Knights dikenal skena metal sebagai pelopor genre djent di Indonesia. Dalam perayaan itu juga Bless The Knights resmi merilis single terbaru bertajuk Crying in the Desert.

Frizt Faraday selaku gitaris dan punggawa Bless The Knights mengatakan Knight League ini sudah pernah diadakan pada tahun 2018.

“Knight League ini kedua diadakan sebagai perayaan lagu Parekletos masuk dalam nominasi AMI award 2024 sebagai Best Metal Action,” kata Frizt sapaan akrabnya saat ditemui dalam Knight League di NVE Cinere, Depok pada Minggu (24/11/2024).

Dalam pantauan di lokasi, Knight League hadirkan beberapa band yakni Blood The Face, Last Blood, Flip Me!, My Beloved Enemy, dan Humanimal.

Fritz juga menjelaskan nominasi AMI award bukan hanya pada tahun 2024 saja. Pada tahun-tahun sebelumnya, Bless The Knights juga pernah masuk nominasi dengan judul lagu Metamorphosis.

“Jadi masuk nominasi bagi kami menjadi sebuah kebanggaan bahkan berturut-turut,” ucapnya.

Namun katanya, Frizth mengakui masuk nominasi tidak semudah membalikkan telapak tangan. 

“AMI itu membuka peluang bagi mereka yang ingin lagunya itu masuk dalam nominasi dan kami melakukan sejak tahun 2016,” terangnya.

Frizth juga berharap skena metal tetap hidup di Indonesia dan tidak dipandang sebelah mata.

“Semoga skena metal tetap hidup dan mampu diterima,” pungkasnya.